Ketika berbicara tentang bisnis, ada sejumlah industri yang mungkin jarang kita pikirkan. Salah satunya adalah bisnis peti mati. Industri ini, meskipun cenderung dianggap tabu oleh sebagian orang, memiliki peran penting dalam masyarakat dan juga merupakan salah satu sumber penghasilan yang signifikan bagi banyak pengusaha di berbagai belahan dunia.
Sejak zaman kuno, penggunaan peti mati atau peti kubur telah menjadi bagian penting dari ritual pemakaman di berbagai budaya. Peti mati tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk mengubur jenazah, tetapi juga sering kali menjadi simbol status sosial dan kekayaan. Di beberapa budaya, bahan, desain, dan ukuran peti mati dapat mencerminkan posisi sosial atau agama dari orang yang akan dikuburkan.
Namun, seiring berjalannya waktu, industri peti mati telah mengalami perubahan signifikan. Dari penggunaan bahan-bahan alami seperti kayu dan anyaman, kita sekarang melihat peti mati yang terbuat dari berbagai material modern seperti baja, fiberglass, dan bahkan plastik. Ini sebagian karena pertimbangan praktis, tren estetika, dan kebutuhan akan peti mati yang lebih tahan lama.
Meskipun mungkin terdengar tidak biasa, industri ini memiliki pangsa pasar yang stabil. Setiap tahun, jutaan peti mati diproduksi dan dijual di seluruh dunia, menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi produsen dan pengecer. Industri peti mati sendiri tidak hanya terdiri dari peti mati untuk pemakaman tradisional, tetapi juga mencakup segmen-segmen seperti peti mati untuk hewan peliharaan, bahkan peti mati khusus yang dirancang untuk kebutuhan budaya atau agama tertentu. Selain itu, dengan berkembangnya industri kremasi, permintaan akan peti mati yang ramah lingkungan juga semakin meningkat.
Permintaan akan peti mati yang ramah lingkungan ini justru banyak dari negara-negara di luar Indonesia. Salah satu bisnis peti mati yang ramah lingkungan bisa dilihat di UMKM Arum Dalu Sekar yang bertempat di Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali. Pemilik Arum Dalu Sekar, mengatakan bahwa permintaan untuk produknya datang dari berbagai negara misalnya saja Jerman, Belanda, Prancis, hingga Amerika Serikat serta Australia.
Peti mati ramah lingkungan terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, pandan, kayu hingga pelepah pisang. Bahan material tersebut diramu sedemikian rupa membentuk sebuah peti mati. Untuk pewarnaan tidak boleh menggunakan cat kimiawi. Paku juga tidak diperkenankan digunakan sebagai penguat material. Alternatif yang digunakan sebagai penguat adalah dari bahan bambu.
Seperti halnya bisnis lainnya, industri peti mati juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah persepsi masyarakat yang cenderung tabu terhadap topik kematian. Meskipun demikian, beberapa pengusaha sukses berhasil mengubah pandangan ini dengan mengambil pendekatan inovatif dalam pemasaran dan desain produk mereka, seperti halnya UMKM Arum Dalu Sekar. Di sisi lain, tantangan lainnya dalam industri ini termasuk persaingan yang ketat di pasar global dan fluktuasi harga bahan baku. Tantangan-tantangan ini yang perlu dijawab oleh mereka yang berkecimpung di industri peti mati ini.